www//pa-palangkaraya.go.id Nuansa Ramadhan yang begitu indah akan sangat terasa jika kita berada di Pengadilan Agama Palangka Raya, itu dikarenakan kegiatan keagamaan yang dihadirkan selama Ramadhan di PA Palangka Raya membuat suasana menjadi lebih kental dengan nilai-nilai keislaman, mulai dari tadarrus al-qur’an, sholat berjamaah, tausyiah tentang keislaman hingga buka puasa bersama. Itulah sekelumit tentang kegiatan yang dilakukan di Pengadilan Agama Palangka Raya selama bulan Ramadhan diluar tugas dan kewajiban rutinitas lainnya yang memang sudah ada.
Nampak Bapak Drs. H. M. Gapuri, SH.,MH sedang menyampaikan tausyiah tentang keislaman.
Salah satu kegiatan yang selalu diikuti oleh para hakim, seluruh karyawan-karyawati dan tenaga honorer Pengadilan Agama Palangka Raya adalah tausyiah keislaman, kegiatan ini menjadi sangat menarik karena materi yang disampaikan adalah hal-hal yang sering terjadi disekitar kita. Di hari yang keenam dari bulan suci Ramadhan kesempatan tausyiah keislaman disampaikan oleh Drs. H.M. Gapuri, SH., MH, pada Selasa, (23 Juni 2015).
Dalam kesempatan tersebut Drs. H.M. Gapuri, SH., MH, memberi judul tausyiahnya dengan “Belajar untuk selalu ikhlas dalam beramal. Mengawali tausyiahnya Gapuri mengilustrasikan sebuah cerita seseorang sebut saja Ahmad yang ingin memberikan sesuatu kepada pak kyai, karena keterbatasan apa yang ia miliki, maka ia hanya bisa memberikan seikat singkong kepada pak kyai, pak kyai lalu menceritakan kepada isterinya kalau Ahmad memberikan se-ikat singkong kepadanya, maka pak kyai bertanya pada isterinya apa yang bisa kita berikan kepada anak ini yang dengan segala keterbatasannya mau memberikan se-ikat singkong kepada kita, oleh isteri pak kyai kita berikan saja se-ekor ayam yang kita miliki ke pada Ahmad. Ringkas cerita kejadian ini Ahmad ceritakan pada temannya sebut saja Ali, menurut Ali kalau saja Ahmad yang hanya memberi seikat singkong dibalas dengan satu ekor ayam, bagaimana kalau saya memberikan satu ekor kambing mungkin saja pak kyai akan membalasnya dengan memberikan satu ekor sapi. Maka Ali lalu datang ke rumah pak kyai dan memberikan satu ekor kambing yang dimilikinya kepada pak kyai, lalu pak kyai menceritakan dan bertanya pada isterinya apa yang kita punya yang bisa kita berikan kepada Ali, maka isteri pak kyai menjawab kita hanya memiliki seikat singkong dan berikan saja kepada Ali.
Essensi dari cerita di atas adalah memberikan gambaran kepada kita tentang dua orang yang ikhlas, mereka memberi semata-mata karena Allah dan satu orang yang memberi dengan mengharap imbalan (balasan). Maka dalam konteks ini ikhlas dapat diartikan sebagai meniadakan segala sesuatu selain Allah termasuk penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam beramal. Beramal yang ikhlas adalah beramal yang dilakukan semata-mata karena Allah Ungkapan “semata-mata karena Allah setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah, sesuai tata caranya, dan tujuannya untuk mencari ridha Allah, bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah. Lebih jauh Gapuri menjelaskan bahwa orang yang ikhlas itu dapat digolongkan menjadi tiga macam :
- Orang yang ihlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus, kecintaan dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang wajib disembah.
- Orang yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.
- Orang yang iklas dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya.
Oleh karenanya Ikhlas adalah sebuah komitmen seorang hamba yang seharusnya ditambatkan dalam hatinya, sebuah komitmen tulus ikhlas sebagaimana yang telah diabadikan oleh Allah dalam firmannya Q.S (Al-An’am : 162) dan sering kita nyatakan dalam doa iftitah. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam)” imbuhnya.
Jama’ah sholat dzuhur yang baru selesai mendengarkan tausyiah sebelum meninggalkan tempat saling bersalam-salaman dan bermaaf-maafkan
Diakhir tausyiahnya Gapuri menyatakan bahwa sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan. Karena seseorang yang iklas adalah orang yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beramal kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan. Sebagai penutup mari kita berdoa semoga Allah SWT menjadikan kita pribadi-pribadi yang ikhlas , yang beramal semata-mata karena dan mengharap cinta Allah semata. (Ikh).
PA. PALANGKA RAYA GELAR SIDANG DI LUAR GEDUNG PENGADILAN DI BULAN RAMADHAN Selanjutnya
SIDANG DI LUAR GEDUNG PENGADILAN EDISI RAMADHAN PA. PALANGKA RAYA Sebelumnya